PSIKOTERAPI ISLAM
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Psikologi Islam
Dosen
Pengampu : Fifi Noviaturrahmah, M.Pd.

Disusun
Oleh:
Aida
A
(1410110062)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang menjalani kehidupan di dunia
tidak lepas dari berbagai masalah yang muncul karena kekurangan dan kelemahan
yang dimilikinya. Masalah yang muncul dapat berasal dari dalam diri maupun dari
lingkungannya.
Dalam dunia psikologi masalah yang muncul tersebut dikenal
sebagai gangguan atau penyakit, ada yang disebut dengan penyakit fisik adapula
penyakit hati atau penyakit jiwa.
Namun semua penyakit pasti ada obatnya, hal ini telah
dijamin oleh Allah dalam firmanNya. Penyakit fisik dapat disembuhkan dengan
berbagai jenis obat baik tradisional maupun obat modern dalam bentuk kapsul dan
lain sebagainya. Sedangkan untuk pengobatan penyakit jiwa dapat dilakukan
melalui terapi yang dalam dunia psikologi disebut dengan psikoterapi.
Di dalam makalah ini penulis mencoba untuk menelaah lebih
dalam mengenai psikoterapi Islam, dengan membahas apa pengertian psikoterapi islam,
objek psikoterapi islam serta metodologi psikoterapi islam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Pengertian Psikoterapi Islam?
2.
Apa Tujuan dan Fungsi Psikoterapi Islam ?
3.
Bagaimana Objek-objek Psikoterapi Islam?
4.
Bagaimana Teknik Penyembuhan Psikoterapi Islam ?
5.
Bagaimana Metodologi
Psikoterapi Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Psikoterapi Islam
Psikoterapy berasal dari kata psycho yang artinya
jiwa, dan therapy yaitu penyembuhan. Jadi psikoterapi sama dengan penyembuhan
jiwa. Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih
tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.
Dalam konsep islam
psikoterapi diartikan sebagai proses perawatan atau penyembuhan penyakit
kejiwaan melalui tekhnik dan metode psikologi islami. M. Hamdani Bakhran
Adz-Dzaky berpendapat bahwa psikoterapi islam adalah proses pengobatan dan
penyembuhan dengan melalui bimbingan Al-Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW,
atau secara empirik adalah melalui bimbingan dan pengarahan Allah,
malaikat-malaikat-Nya, Rasul-Nya.
H. Fuad Anshory juga
berpendapat psikoterapi islam adalah upaya penyembuhan jiwa (nafs) manusia
secara rohaniah yang didasarkan pada tuntutan Al-Quran dan Hadist, dengan
metode analisis esensial, empiris serta ma’rifat terhadap segala yang tampak
pada manusia. Psikoterapi islam juga dapat diartikan sebagai upaya mengatasi
beberapa problem kejiwaan yang didasarkan pada pandangan agama islam.
Psikoterapi islam bahwa keimanan dan kedekatan terhadap Allah akan menjadi
kekuatan yang sangat berarti bagi kebaikan problem kejiwaan manusia.
Psikoterapi Islam tidak semata-mata membebaskan orang-orang dari penyakit,
tetapi juga perbaikan kualitas kejiwaan seseorang. [1]
Adapun
kata “therapy” dalam bahasa inggris bermakna pengobatan dan penyembuhan,
sedangkan dalam bahasa arab kata therapy sepadan dengan “Al Istisyfa” digunakan
oleh muhammmad Abdul Aziz al Khalidiy dalam kitabnya’’Al Istisyfa’bil
Quran.Firman Allah Ta’ala yang memuat kata syifa’.
‘’Wahai
manusia,sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh
penyakit yang ada didalam dada,dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman (percaya dan yakin)’’ .(yunus : 57). [2]
B. Tujuan
dan Fungsi Psikoterapi Islam
Tujuan Psikoterapi
Islam yaitu
untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya dengan cara
memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu
mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
Menurut Carl Gustav Jung psikoterapi selain digunakan
untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan) dan
konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi
tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi kepada psikiater
tidak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit.Alangkah lebih baik
jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu
dapat membangun kepribadian yang sempurna.
C. Objek-objek
Psikoterapi Islam
Objek yang
menjadi fokus penyembuhan, parawatan atau pengobatan dari psikoterapi islam
adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan dengan penggunaan pada :
1. Mental
Mental
yaitu hubungan dengan pikiran, akal, dan ingatan. Misalnya mudah lupa, malas
berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil sutau keputusan
yang baik, picik, dan tidak memiliki kemampuan membedakan halal dan haram, yang
bermanfaat dan yang mudharat serta yang baik dan yang batil. Mental yang sehat
ditandai sifat-sifat, diantaranya; mempunyai kemampuan untuk bertindak secara
efesien, memiliki tujuan hidup yang jelas, konsep diri yang sehat, ada
koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi diri
dan integrasi kepribadian, dan batinnya selalu tenang. Mental yang tidak sehat
akan merasakan ketidaktenangan dan kebahagiaan. Akan tetapi mental yang sehat,
sebaliknya akan merasakan kebahagiaan.
2. Spiritual
Spiritual
yaitu yang berhubungan dengan masalah ini. Semangat atau jiwa religius, yang
berhubungan dengan agama, keimanan, kesolehan, dan menyangkut nilai-nilai
transendental. Seperti syirik, nifak, fasik, dan kufur. Penyakit batiniah atau
spiritual ini sangat sulit untuk disembuhkan atau diobati. Karena ia sangat
tersembunyi didalam diri setiap orang.
3. Moral (Akhlak)
Akhlak
yaitu suatu keadaan yang melekat pada manusia, yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, perimbangan
atau pemikiran atau sikap mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk
berfikir, berbicara, bertingkah laku, dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa.
Moral merupakan ekspresi dari kondisi mental atau spiritual. Ia muncul dan
hadir secara spontan, otomatis, dan tidak dibuat-buat, atau direkayasa.
Perbuatan atau tingkah laku itu kadangkadang sering tidak disadari, bahwa
perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama dan akhirnya
dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti pemarah, dengki, dendam,
suka mengambil hak milik orang lain, pemalas, berprasangka buruk, mudah putus
asa dan sebagainya.
4. Fisik
Tidak
semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan psikoterapi islam. Kecuali memang
kalau ada izin dari Allah. Akan tetapi ada kalanya sering dilakukan secara
kombinasi dengan terapi medis seperti lumpuh, penyakit jantung, liver, buta,
dan sebagainya. Terapi fisik yang paling berat dilakukan oleh psikoterapi
islam, apabila penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa yang telah dilakukan
oleh seseorang seperti wajah dan kulit tampak hitam, luka bahkan lebih kotor
lagi seperti penyakit kulit (korengan, kudis atau bintikbintik hitam), padahal
mereka telah melakukan berbagai macam upaya agar dapat sembuh dari
penyakit-penyakit itu. tetapi tidak kunjung sembuh.
Dalam
psikoterapi Islam, penyembuhan yang paling utama dan sangat mendasar adalah
pada eksistensi dan esensi mentalnya dan spiritual manusia. Manusia yang telah
memiliki eksistensi emosional yang stabil adalah seseorang yang telah memiliki
mental dan spiritual yang baik, benar, cerdas, dan suci, karena dalam perlindungan
dan bimbingan Allah.
D. Teknik
Psikoterapi Islam
Teknik Psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua aspek
psikopatologi, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi, Yaitu :
1. Membaca
Al-Quran sambil mencoba memahami artinya
2. Melakukan
shalat malam;
3. Bergaul
dengan orang yang baik atau salih;
4. puasa
5. zikir malam
hari yang lama
1) Membaca
Al-qur’an sambil mencoba memahami artinya
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab didalamnya
memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyalkit jiwa manusia.
Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan
pasien.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam
memahami term syifa’ dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi
jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang
tertutup, serta dapat menyembuhkan jjwa yang sakit; kedua, terapi yang dapat
menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat maupun tangkal. Sementara
Al-Thabathaba’I mengemukakan bahwa syifa’ dalam Al-Qur’an memiliki makna
“terapi ruhaniah” yang dapat menyembuhkan penyakit batin. Al-Thabathaba’I jiga
mengemukakan bahwa Al-Quran juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani, baik
melalui bacaan atau tulisan.
Menurut al-Faidh al-Kasyani dalam Tafsirnya mengemukakan bahwa lafal-lafal
al-Quran dapat menyembuhkan penyakit badan, sedangkan makna-maknanya dapat
menyembuhkan penyakit jiwa. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bacaan al-Quran
mampu mengobati penyakit jiwa dan badan manusia. Obat yang mujarab yang dapat
mengobati kedua penyakit ini adalah hidayah al-Quran.
Kemukjizatan lafal al-Quran bukan hanya perkalimat, tetapi perkata, bahkan
perhuruf. Hal itu dianalogikan dengan sabda Nabi bahwa pahala membaca al-Quran
bukan perkalimat atau perkata, tetapi per huruf. Apabila al-Quran dihadapkan
pada orang yang sehat mentalnya, maka ia bernilai konstruktif. Artinya,
ia dapat memperkuat dan mengembangkan integritas dan penyesuaian kepribadian
dirinya. Karena itu, berobat dengan menggunakan al-Quran, baik secara lahiriah
maupun batiniah, tidak hanya ketika dalam kondisi sakit, namun sangat
dianjurkan dalam kondisi sehat.
2) Shalat
diwaktu malam
Shalat tahajjud memiliki banyak hikmah. Diantaranya adalah (1) setelah
melakukan ibadah tambahan (nafilah), baik dengan shalat maupun membaca
al-Quran, maka dirinya mendapatkan kedudukan terpuji dihadapan Allah SWT; (2)
memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian orang-orang salih yang selalu
dekat (taqqarub) kepada Allah SWT, terhapus dosanya dan terhindar dari
perbuatan munkar; (3) jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan
ketenteraman, bahkan Allah SWT menjajikan kenikmatan surga baginya; (4) doanya
diterima, dosanya mendapatkan ampunan dari Allah SWT, dan diberi rizki yang
halal dan lapang tanpa susah payah mencarinya; (5) sebagai ungkapan rasa syukur
terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai rasa syukur, nabi SAW
sendiri selalu melakukan tahajjud walaupun tumit kakinya bengkak.
Setelah shalat sunat di malam hari, amalan yang perlu dilakukan adalah
berdo’a, berdzikir dan membaca wirid, sebab berdoa di malam hari mudah
dikabulkan oleh Allah SWT. Sabda Nabi SAW : “Sesuatu yang lebih mendekatkan
Tuhan kepada hamba-Nya di tengah malam adalah apabila engkau mampu melakukan
zikir kepada Allah maka lakukanlah.”
Shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan
konstruktif sekaligus. Pertama, shalat membina seseorang untuk melatih
konsentrasi yang integral dan komprehensif.hal itu tergambar dalam niat dan
khusyu’. Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan potensi-potensi psikis
manusia, seperti potensi kalbu untuk merasa (emosi), potensi akal untuk berpikir
(kognisi), dan potensi syahwat (appetite) dan ghadab (defense) untuk berkarsa
(konasi). Denga shalat, seseorang dapat menjaga dua dari lima prinsip
kehidupan. Lima prinsip kehidupan itu adalah memelihara agama, memelihara jiwa,
memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara kehormatan dan harta
benda. Dengan shalat ia mampu menjaga agamanya, sebab shalat merupakan tiang
agama. Demikian juga ia dapat menjaga akalnya agar terhindar dari segala zat
yang membahayakan. Ketiga, shalat mengandung doa yang dapat membebaskan
manusia dan penyakit batin.
Dosa adalah penyakit (psikopatologi), sedang obat (psikoterapi)-nya adalah
taubat. Shalat adalah manifestasi dari taubat seseorang, karena dalam shalat
seseorang kembali (taba) pada Pencipta-nya.salah satu indikator taubat adalah
mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat. Dengan pengakuan akan dosa dan
permohonan untuk penghapusan dosa dalam doa iftitah, menghantarkan
seseorang untuk kembali pada fitrah aslinya yang terbebas dari segala penyakit
batin. Bahkan dalam hadis lain, shalat lima waktu dapat membersihkan fisik dan
psikis seseorang seperti orang yang membersihkan tubuhnya lima kali dalam
sehari semalam.
3) Bergaul
dengan orang shalih.
Orang yang salih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu
mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi
kehidupan. Dalam tradisi kaum sufi, seseorang yang shalih dan dapat
menyembuhkan penyakit ruhani manusia disebut dengan al-thabib al-ilahi atau
mursyid.
Menurut al-Syarqawi, adalah al-thabib al-murabbi (dokter pendidik). Dokter
seperti ini lazimnya memberikan resep penyembuhan kepada pasiennya melalui dua
cara, yaitu:
1. negative
(al-salabi), dengan cara membersihkan diri dari segala sifat-sifat dan akhlak
yang tercela.
2. positif
(al-ijabi), dengan mengisi diri dari sifat-sifat atau akhlak yang terpuji.
Menurut
Sa’id Hawwa, menyatakan bahwa zikir, wirid, dan amalan-amalan tertentu belum
cukup untuk mengobati penyakit jiwa, melainkan diperlukan ilmu yang disertai
dengan mujahadah. Baik mursyid maupun al-thabib al-ilahi, keduanya
memiliki-pinjam istilah Abraham Maslow-pengalaman puncak (peak experience),
sebab selain mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok juga melakukan
perluasan diri (extension of the self) dengan ibadah-ibadah khusus.
4) Melakukan
puasa.
Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak
citra fitri manusia. Pembagian puasa ada 2:
1. Puasa fisik,
yaitu menahan lapar,haus, dan berhubungan seks.(bukan miliknya atau bukan pada
tempatnya).
2. Puasa
psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala perbuatan maksiat.
Puasa juga mampu menumbuhkan efekemosional yang positif, seperti menyadari
akan kemaha kuasaan Allah SWT, menumbuhkan solidaritas dan kepedulian terhadap
orang lain, serta menghidupkan nilai-nilai positif dalam dirinya untuk
aktualisasi diri sebaik mungkin. Hikmah lapar menurut Al-Ghazali:
1. Menjernihkan
Qalbu dan mempertajam pandangan
2. Melembutkan
Qalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin
3. Menjauhkan
prilaku yang hina dan sombong
4. Mengingatkan
jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah
5. Memperlemah
syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk
6. Mengurangi
jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga dimalam hari untuk ibadah
7. Mempermudah
seseorang untuk selalu tekun beribadah
8. Menyehatkan
badan dan jiwa serta menolak penyakit
9. Menumbuhkan
sikap mendahulukan suka membantu orang lain dan mudah bersedekah.
5) Zikir
Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah dalam
berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas mengingat segala keagungan dan
kasih saying Allah SWT yang telah diberikan,serta dengan menaati perintahnya
dan menjauhi larangannya.
Dua makna yang terkandung dalam lafal zikir menurut At-Thabathabai:
a. Kegiatan
psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna sesuatu yang diyakini
berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya (istikdhar)
b. Hadirnya
sesuatu pada hati dan ucapan seseorang.
c. Zikir dapat
mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas zikir mendorong
seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam
hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan
menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga zikir mampu memberi
sugesti penyembuhannya.
d. Melakukan
zikir sama halnya nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu satu bentuk terapi
dengan menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana cara ia harus
beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau tekanan
psikologis. Kunci utama keadaan jiwa mereka itu adalah karena melakukan
zikir.firman Allah SWT:
e. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.(QS. Al-Ra’d:28)
Cara
berzikir:
a. Zikir Jabar,
zikir yang dikeraskan baik melalui suara maupun gerakan. Fungsinya adalah untuk
menormalisasikan kembali fungsi system jaringan syaraf,sel-sel, dan semua organ
tubuh.
b. Zikir Sirr,
zikir yang diucapkan dalam hati.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar