Rabu, 13 April 2016

KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM ABAD PERTENGAHAN DAN KONTEKSTUALISASINYA PADA ERA SEKARANG



KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DALAM ABAD PERTENGAHAN
DAN KONTEKSTUALISASINYA PADA ERA SEKARANG
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Puspo Nugroho, M.Pd.I


 









Disusun Oleh :
Kelompok 2 Kelas B1-PAI
Aida A
(1410110062)
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT karena berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kamu berhasil menyajikan makalah yang bertemakan “KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM ABAD PERTENGAHAN DAN KONTEKSTUALISASINYA PADA ERA SEKARANG” ini kehadapan para pembaca.
Makalah ini kami susun dengan harapan semoga dapat membantu para pembaca dan para pencari ilmu untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengajaran pendidikan islam di masa abad pertengahan dan bagaimana pula kontekstualisasinya di era sekarang.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pemakalah yang telah berusaha keras dalam menyajikan makalah ini.  Dengan adanya makalah ini, semoga dapat berguna bagi penulis dan para pembaca.



                                                                                    Kudus, 5 Maret 2016

                                                                                    PENULIS









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................  i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................  ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.     Karakteristik Pengajaran Ilmu Pendidikan Islam pada Abad
Pertengahan ............................................................................................... 3
B.     Kontekstualisasi di Era Sekarang (Indonesia) ..............................................

BAB III PENUTUP
A.     Kesimpulan ................................................................................................  
B.     Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pendidikan Islam diartikan sebagai pendidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Al Qur’an ditemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofi dari penciptanya. Manusia merupakan makhluk yang sempurna dari makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Allah. Di dalam Islam tentunya Islam pernah mengalami masa-masa keemasan dan juga kemunduran di dalam Pendidikan Agama Islam. Dimana pada masa abad pertengahan muncul ilmuan-ilmuan dan juga lahir pendidikan Islam dimana berbagai perkembangan pendidikan mulai tumbuh pesat dengan adanya universitas-universitas Islam, yang diminati pada masa abad pertengahan dan juga pengetahuan orang-orang pada abad pertengahan semakin meningkat.
Dalam pengajaran pada abad pertengahan jika dibandingkan dengan abad sekarang tidak jauh beda dalam proses pembelajaran. Bahkan masih menggunakan konsep-konsep pendidikan Islam pada masa itu. dari beberapa kajian tersebut, maka pemakalah akan mengulas lebih lanjut mengenai karakteristik pendidikan Islam pada abad pertengahan.

B.  Rumusan Masalah
a.    Bagaimana karakteristik pengajaran Ilmu Pendidikan Islam pada abad pertengahan ?
b.    Bagaimana kontekstualisasi pengajaran ilmu pendidikan islam di Era sekarang (Indonesia)?





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Karakteristik Pengajaran Ilmu Pendidikan Islam pada Abad Pertengahan
Abad Pertengahan yaitu pada abad ke-12 sampai abad 18 M, tepatnya dari tahun 1250-1800 M.
1.    Dilihat dari Lembaga Pendidikannya
Tingkat pengajaran kepada peserta didik tergantung tingkatannya, yaitu :
a.    Tingkat sekolah rendah (kuttab), kuttab berasal dari kata dasar yang sama yaitu kataba yang artinya menulis. Maksudnya yaitu tempat untuk menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.[1] Dalam lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran Al Qur’an dan pengetahuan agama tingkat dasar. Tempat belajarnya di Kuttab, rumah, istana, took-toko, dan pinggir-pinggir pasar.
b.    Tingkat sekolah menengah, tempat belajarnya di masjid, majelis sastra dan ilmu pengetahuan.
c.    Tingkat perguruan tinggi, teimpat belajarnya di Baitul Hikmah dan Darul Ilmu di Mesir, Masjid.
Perkembangan lembaga pendidikan islam di Turki Usmani tidak hanya Sekolah Dasar saja yang berkembang, melainkan madrasah-madrasah dan perguruan tinggi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Madrasah pertama yang dibangun pemerintahan Usmani berada di Iznik (Nicea) Adalah Orhan Gazi - penguasa Dinasti Usmani yang kali pertama membangun madrasah itu. Dia membangun madrasah itu, tak lama setelah menaklukan kota itu pada 1330-1331 M.

2.    Dilihat dari Metode Pengajarannya
Pengajaran pendidikan Islam di masa abad pertengahan berjalan dengan cara para guru berdiri di depan kelas menyajikan materi-materi kuliah (ceramah), sementara para siswa duduk mendengarkan di atas meja-meja kecil yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan dialog atau diskusi antara guru dan para siswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat kelimuan yang tinggi.
Ada juga pengajaran dengan sistem berhalaqah (melingkar), seorang pelajar bebas memilih guru dan pindah sesuai dengan kemauan. Umumnya guru atau syaikh yang mengajar itu duduk bersama para pelajar, tetapi guru kadang-kadang duduk di kursi ketika menerangkan kitab yang diajarkannya. Di samping itu, metode diskusi sangat dikembangkan sebagai metode dalam proses pembelajaran antar pelajar, seorang guru hanya berperan sebagai fasilitator dan memberikan penajaman dan materi yang didiskusikan.[2]
Pengajaran Ilmu Pedidikan Islam masa pertengahan juga menggunakan metode yang dilaksanakan dengan cara guru membaca teks yang dipelajari kemudian memberikan keterangan dan siswa mendengarkan secara seksama.
Disamping mencatat teks yang didiktekan oleh mudarris, transmisi ilmu lewat tulisan juga direalisasikan dengan cara penyalinan teks. Buku-buku pada masa itu adalah sangat mahal, sehingga siswa sulit untuk memiliki kecuali dengan menyalinnya. Adapun metode mentransmisikan ilmu-ilmu agama, yaitu dengan cara menulis catatan dari guru, membaca dan berdebat.[3]

3.    Dilihat dari Sistem Pembelajarannya (Kurikulum)
Dalam suatu jangka waktu, pengajaran masa pertengahan hanya menyajikan satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa. Sesudah materi tersebut selesai, baru ia diperbolehkan mempelajari materi yang lain, atau yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya pada tahap awal siswa diharuskan belajar tulis-baca, berikutnya, ia belajar berhitung. Ini disebabkan belum adanya koordinasi lembaga oleh suatu organisasi atau pemerintah seperti sekarang ini. Meski dalam kasus tertentu penguasa turut mengendalikan pelaksanaan pengajaran di madrasah-madrasah, pelaksanaan proses belajar mengajar sepenuhnya tergantung kepada guru yang memberikan pelajaran.[4]
Untuk peserta didik tingkat rendah disediakan materi ijbari (materi wajib) dan materi ikhtiari (materi pilihan). Adapun materi ijbari adalah : Al Qur’an, shalat, do’a, sedikit ilmu nahwu dan bahasa arab, membaca dan menulis. Sedangkan ilmu ikhtiari adalah : berhitung, semua ilmu nahwu dan bahasa arab, syair-syair dan tarikh arab.
Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa materi tingkat rendah sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran khitabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti Qur’an, Syair dan Fiqh.
Sistem pengajaran yang dikembangkan pada Turki Usmani adalah menghafal matan-matan meskipun murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan al-jurumiah, matan taqrib, matan alfiyah. Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya. Karenanya pelajaran itu bertambah berat dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sistem pengajaran semacam ini masih digunakan sampai sekarang.[5]
Pada zaman pertengahan, kurikulum yang digunakan di sekolah madrasah tidak meggunakan kurikulum yang resmi, sehingga pembelajaran di madrasah hanya di titik beratkan pada pendidikan agama saja. Namun, selanjutnya madrasah juga memasukkan bahan ajaran lainnya selain agama. Maka, kemudian muncul daftar pelajaran seperti ilmu logika, filsafat, dan matematika mulai diajarkan oleh para guru di berbagai madrasah. Di madrasah tertentu juga diajarkan ilmu kedokteran dan astronomi. Ini memantik pendirian rumah sakit dan observatorium.[6]

B.  Kontekstualisasi di Era Sekarang (Indonesia)
Pengajaran Ilmu Pendidikan Islam di Era sekarang di negara Indonesia, tidak terlepas dari pengajaran  Ilmu Pendidikan Islam di abad pertengahan baik dari metodenya, materi mata pelajarannya dan dari kurikulumnya. Terbukti di beberapa lembaga pendidikan di Indonesia masih menggunakan metode yang ada pada masa pertengahan, seperti pengajaran menggunakan metode ceramah, pengajaran menggunakan metode diskusi, pengajaran dengan metode halaqah, dll.
Jenjang dan struktur pendidikan di Indonesia pada zaman dahulu pun sudah tersusun sebagaimana lembaga pendidikan formal saat ini, jenjang pendidikannya yaitu :
1.    Meunasah (Madrasah) yaitu seperti sekolah dasar yang terdapat di kampung. Materi yang diajarkan meliputi menulis dan membaca, ilmu agama, akhlak, dan sejarah islam.
2.    Rangkang, setingkat madrasah tsanawiyah. jenjang pendidikan ini diselenggarakan di tiap mukim. Materi yang diajarkan adalah bahasa arab, ilmu bumi, sejarah, ilmu hisab, akhlak.
3.    Dayah, setingkat madrasah aliyah yang dilaksanakan di masjid. Materi yang diajarkan bahasa arab, fiqih, tauhid, tasawuf, ilmu bumi, sejarah dan tata negara, ilmu faraid.
4.    Dayah teuku cik, disamakan dengan perguruan tinggi. Pada jenjang ini diajarkan fikih, tafsir, hadits, tauhid, ilmu bahasa dan sastra arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falak, dan filsafat.[7]

Adapun ciri-ciri pendidikan tradisional yang berpusat di pondok pesantren adalah :
1.    Manyiapkan calon kyai atau ulama yang hanya menguasai masalah agama semata.
2.    Kurang diberikan pengetahuan untuk menghadapi perjuangan hidup sehari-hari dan pengetahuan umum sama sekali tidak diberikan
3.    Sikap isolasi yang disebabkan karena sikap non kooperasi secara total dari pihak pesantren terhadap apa saja yang berbau barat dan aliran Islam tidak leluasa untuk masuk karena dihalangi oleh pemerintah belanda.[8]
Di Indonesia pendidikan Islam memiliki begitu banyak model pengajaran, baik yang berupa pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Untuk institusi pendidikan formal adalah seperti sekolah dan madrasah.  Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dan juga ilmu umum.
Setelah lahirnya undang-undang sistem pendidikan nasional no. 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintah no. 28 dan 29 tahun 1990, madrasah berkembang dnegan predikat baru yaitu sekolah umum berciri khas agama islam, yang teridir dari :
1.    Untuk tingkat dasar (ibtidaiyah) bobot materi hanya menyangkut pokok-pokok ajaran islam, misalnya aqidah (rukun iman), masalah syariah (rukun islam), dan masalah akhlak (rukun ihsan)
2.    Untuk tingkat menengah pertama (tsanawiyah), bobot materi mencakup materi yang diberikan pada jenjang dasar dan ditambah dengan argumen-argumen dari dalil naqli dan aqli.
3.    Untuk tingkat menengah atas (aliyah), bobot materi mencakup materi yang telah diberikan pada jenjang dasar dan jenjang menengah pertama ditambah dengan hikmah-hikmah dan manfaat dibalik materi yang diberikan.
4.    Untuk tingkat perguruan tinggi (jam’iyyah), bobot materi mencakup materi yang telah diberikan pada jenjang dasar, menengah pertama, menengah keatas, dan perguruan tinggi dan ditambah dengan materi yang bersifat ilmiah dan filosofis.
Pengajaran di Indonesia sekarang mengalami kemajuan, salah satunya dengan menggunakan pembelajaran terpadu dan pembelajaran tematik
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
Selain itu terdapat juga kemajuan dalam pengajaran yaitu Pembelajaan tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dalam Model Pembelajaran Tematik di kelas awal yang diterbitkan Balitbang Diknas, tahun 2006 dikemukakan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar  yang perlu diperhatikan yaitu prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi.
Selain itu Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip yang harus dilakukan yaitu perencanaan yang mencakup : Pemetaan Kompetensi Dasar, menetapkan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan  rencana pembelajaran
Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai yang mencakup : Implikasi bagi guru, implikasi bagi siswa, implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media, implikasi terhadap pengaturan ruang, dan implikasi terhadap pemilhan metode.
Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang dismpaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar.
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Abad Pertengahan yaitu pada abad ke-12 sampai abad 18 M, tepatnya dari tahun 1250-1800 M. Pendidikan Islam di masa abad pertengahan berjalan dengan cara para guru berdiri di depan kelas menyajikan materi-materi kuliah (ceramah). Ada juga pengajaran dengan sistem berhalaqah (melingkar), Pengajaran Ilmu Pedidikan Islam masa pertengahan juga menggunakan metode yang dilaksanakan dengan cara guru membaca teks yang dipelajari kemudian memberikan keterangan dan siswa mendengarkan secara seksama. Selain pengajaran dengan menggunakan metode menulis, juga menggunakan dengan metode menghafal.
Begitu juga dengan Pengajaran Ilmu Pendidikan Islam di Era sekarang di negara Indonesia, tidak terlepas dari pengajaran  Ilmu Pendidikan Islam di abad pertengahan baik dari metodenya, materi mata pelajarannya dan dari kurikulumnya.

B.  Saran
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.








DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik Dan Pertengahan, Rajawali Press, Jakarta, 2013.
Aisyah Nursyarief, Jurnal Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan Sejarah, Makassar, 2014.
Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, Sejarah Dan Perananannya Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Logos, Jakarta, 1994, Cet. 1.
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Hidayah Agung, Jakarta, 1989.
Mukarom, Jurnal Tarbiya Volume: 1 No: 1 2015 (109-126), UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
M.Arifin, Perbandingan Pwendidikan Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.  



[1] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1997, Hlm.89.
[2] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik Dan Pertengahan, Rajawali Pres
s, Jakarta,  2013, Hlm. 96.
[3] Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, Sejarah Dan Perananannya Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Logos, Jakarta, 1994, Hlm. 21.
[4] Ibid, Hlm. 173.
[5] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Hidayah Agung, Jakarta, 1989, hlm. 165.
[6] Mukarom,  Jurnal Tarbiya Volume: 1 No: 1 2015 (109-126), UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Hlm. 118.
[7] Aisyah Nursyarief, Jurnal Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan Sejarah, Makassar, 2014, hlm. 259.  
[8] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar