KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DALAM ABAD PERTENGAHAN
DAN KONTEKSTUALISASINYA PADA ERA SEKARANG
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Puspo Nugroho, M.Pd.I
![]() |
Disusun Oleh :
Kelompok 2 Kelas B1-PAI
Aida
A
(1410110062)

SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT karena berkat
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kamu berhasil menyajikan makalah yang
bertemakan “KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM ABAD
PERTENGAHAN DAN KONTEKSTUALISASINYA PADA ERA SEKARANG” ini kehadapan para
pembaca.
Makalah
ini kami susun dengan harapan semoga dapat membantu para pembaca dan para
pencari ilmu untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengajaran pendidikan
islam di masa abad pertengahan dan bagaimana pula kontekstualisasinya di era
sekarang.
Dengan
tersusunnya makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada para
pemakalah yang telah berusaha keras dalam menyajikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini, semoga dapat
berguna bagi penulis dan para pembaca.
Kudus,
5 Maret 2016
PENULIS
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ........................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Pengajaran Ilmu Pendidikan Islam pada Abad
Pertengahan ............................................................................................... 3
B.
Kontekstualisasi di Era Sekarang (Indonesia) ..............................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................
B.
Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan Islam diartikan sebagai pendidikan yang didasari dengan
nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Al Qur’an ditemukan gambaran yang membicarakan
tentang manusia dan makna filosofi dari penciptanya. Manusia merupakan makhluk
yang sempurna dari makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Allah. Di dalam Islam
tentunya Islam pernah mengalami masa-masa keemasan dan juga kemunduran di dalam
Pendidikan Agama Islam. Dimana pada masa abad pertengahan muncul ilmuan-ilmuan
dan juga lahir pendidikan Islam dimana berbagai perkembangan pendidikan mulai
tumbuh pesat dengan adanya universitas-universitas Islam, yang diminati pada masa
abad pertengahan dan juga pengetahuan orang-orang pada abad pertengahan semakin
meningkat.
Dalam pengajaran pada abad pertengahan jika dibandingkan dengan
abad sekarang tidak jauh beda dalam proses pembelajaran. Bahkan masih
menggunakan konsep-konsep pendidikan Islam pada masa itu. dari beberapa kajian
tersebut, maka pemakalah akan mengulas lebih lanjut mengenai karakteristik
pendidikan Islam pada abad pertengahan.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana karakteristik pengajaran Ilmu Pendidikan Islam pada abad
pertengahan ?
b.
Bagaimana kontekstualisasi pengajaran ilmu pendidikan islam di Era
sekarang (Indonesia)?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Pengajaran Ilmu Pendidikan Islam pada Abad
Pertengahan
Abad
Pertengahan yaitu pada abad ke-12 sampai abad 18 M, tepatnya dari tahun
1250-1800 M.
1.
Dilihat dari Lembaga Pendidikannya
Tingkat
pengajaran kepada peserta didik tergantung tingkatannya, yaitu :
a.
Tingkat sekolah rendah (kuttab), kuttab berasal dari kata
dasar yang sama yaitu kataba yang artinya menulis. Maksudnya yaitu
tempat untuk menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.[1]
Dalam lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan
menulis kemudian meningkat pada pengajaran Al Qur’an dan pengetahuan agama
tingkat dasar. Tempat belajarnya di Kuttab, rumah, istana, took-toko, dan
pinggir-pinggir pasar.
b.
Tingkat sekolah menengah, tempat belajarnya di masjid, majelis
sastra dan ilmu pengetahuan.
c.
Tingkat perguruan tinggi, teimpat belajarnya di Baitul Hikmah dan
Darul Ilmu di Mesir, Masjid.
Perkembangan
lembaga pendidikan islam di Turki Usmani tidak hanya Sekolah Dasar saja yang
berkembang, melainkan madrasah-madrasah dan perguruan tinggi mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Madrasah pertama yang dibangun pemerintahan
Usmani berada di Iznik (Nicea) Adalah Orhan Gazi - penguasa Dinasti Usmani yang
kali pertama membangun madrasah itu. Dia membangun madrasah itu, tak lama setelah
menaklukan kota itu pada 1330-1331 M.
2.
Dilihat dari Metode Pengajarannya
Pengajaran
pendidikan Islam di masa abad pertengahan berjalan dengan cara para guru
berdiri di depan kelas menyajikan materi-materi kuliah (ceramah), sementara
para siswa duduk mendengarkan di atas meja-meja kecil yang disediakan. Kemudian
dilanjutkan dengan dialog atau diskusi antara guru dan para siswa mengenai
materi yang disajikan dalam suasana semangat kelimuan yang tinggi.
Ada juga
pengajaran dengan sistem berhalaqah (melingkar), seorang pelajar bebas memilih
guru dan pindah sesuai dengan kemauan. Umumnya guru atau syaikh yang mengajar
itu duduk bersama para pelajar, tetapi guru kadang-kadang duduk di kursi ketika
menerangkan kitab yang diajarkannya. Di samping itu, metode diskusi sangat
dikembangkan sebagai metode dalam proses pembelajaran antar pelajar, seorang
guru hanya berperan sebagai fasilitator dan memberikan penajaman dan materi
yang didiskusikan.[2]
Pengajaran
Ilmu Pedidikan Islam masa pertengahan juga menggunakan metode yang dilaksanakan
dengan cara guru membaca teks yang dipelajari kemudian memberikan keterangan
dan siswa mendengarkan secara seksama.
Disamping
mencatat teks yang didiktekan oleh mudarris, transmisi ilmu lewat tulisan juga
direalisasikan dengan cara penyalinan teks. Buku-buku pada masa itu adalah
sangat mahal, sehingga siswa sulit untuk memiliki kecuali dengan menyalinnya.
Adapun metode mentransmisikan ilmu-ilmu agama, yaitu dengan cara menulis
catatan dari guru, membaca dan berdebat.[3]
3.
Dilihat dari
Sistem Pembelajarannya (Kurikulum)
Dalam suatu
jangka waktu, pengajaran masa pertengahan hanya menyajikan satu mata pelajaran
yang harus ditempuh oleh siswa. Sesudah materi tersebut selesai, baru ia
diperbolehkan mempelajari materi yang lain, atau yang lebih tinggi
tingkatannya. Misalnya pada tahap awal siswa diharuskan belajar tulis-baca,
berikutnya, ia belajar berhitung. Ini disebabkan belum adanya koordinasi
lembaga oleh suatu organisasi atau pemerintah seperti sekarang ini. Meski dalam
kasus tertentu penguasa turut mengendalikan pelaksanaan pengajaran di
madrasah-madrasah, pelaksanaan proses belajar mengajar sepenuhnya tergantung
kepada guru yang memberikan pelajaran.[4]
Untuk peserta didik tingkat rendah disediakan materi ijbari (materi
wajib) dan materi ikhtiari (materi pilihan). Adapun materi ijbari adalah : Al
Qur’an, shalat, do’a, sedikit ilmu nahwu dan bahasa arab, membaca dan menulis.
Sedangkan ilmu ikhtiari adalah : berhitung, semua ilmu nahwu dan bahasa arab,
syair-syair dan tarikh arab.
Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa materi tingkat rendah
sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran
khitabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu
pokok seperti Qur’an, Syair dan Fiqh.
Sistem
pengajaran yang dikembangkan pada Turki Usmani adalah menghafal matan-matan
meskipun murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan al-jurumiah,
matan taqrib, matan alfiyah. Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu
barulah mempelajari syarahnya. Karenanya pelajaran itu bertambah berat dan
bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sistem pengajaran semacam ini masih
digunakan sampai sekarang.[5]
Pada zaman pertengahan, kurikulum yang digunakan di sekolah madrasah tidak
meggunakan kurikulum yang resmi, sehingga pembelajaran di madrasah hanya di
titik beratkan pada pendidikan agama saja. Namun, selanjutnya madrasah juga memasukkan bahan ajaran lainnya
selain agama. Maka, kemudian muncul daftar pelajaran seperti ilmu logika,
filsafat, dan matematika mulai diajarkan oleh para guru di berbagai madrasah.
Di madrasah tertentu juga diajarkan ilmu kedokteran dan astronomi. Ini memantik
pendirian rumah sakit dan observatorium.[6]
B.
Kontekstualisasi di Era Sekarang (Indonesia)
Pengajaran Ilmu Pendidikan Islam di Era sekarang di negara
Indonesia, tidak terlepas dari pengajaran
Ilmu Pendidikan Islam di abad pertengahan baik dari metodenya, materi
mata pelajarannya dan dari kurikulumnya. Terbukti di beberapa lembaga
pendidikan di Indonesia masih menggunakan metode yang ada pada masa
pertengahan, seperti pengajaran menggunakan metode ceramah, pengajaran
menggunakan metode diskusi, pengajaran dengan metode halaqah, dll.
Jenjang dan struktur pendidikan di Indonesia pada zaman dahulu pun
sudah tersusun sebagaimana lembaga pendidikan formal saat ini, jenjang
pendidikannya yaitu :
1.
Meunasah (Madrasah) yaitu seperti sekolah dasar yang terdapat di
kampung. Materi yang diajarkan meliputi menulis dan membaca, ilmu agama,
akhlak, dan sejarah islam.
2.
Rangkang, setingkat madrasah tsanawiyah. jenjang pendidikan ini
diselenggarakan di tiap mukim. Materi yang diajarkan adalah bahasa arab, ilmu
bumi, sejarah, ilmu hisab, akhlak.
3.
Dayah, setingkat madrasah aliyah yang dilaksanakan di masjid.
Materi yang diajarkan bahasa arab, fiqih, tauhid, tasawuf, ilmu bumi, sejarah
dan tata negara, ilmu faraid.
4.
Dayah teuku cik, disamakan dengan perguruan tinggi. Pada jenjang
ini diajarkan fikih, tafsir, hadits, tauhid, ilmu bahasa dan sastra arab,
sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falak, dan filsafat.[7]
Adapun
ciri-ciri pendidikan tradisional yang berpusat di pondok pesantren adalah :
1.
Manyiapkan calon kyai atau ulama yang hanya menguasai masalah agama
semata.
2.
Kurang diberikan pengetahuan untuk menghadapi perjuangan hidup
sehari-hari dan pengetahuan umum sama sekali tidak diberikan
3.
Sikap isolasi yang disebabkan karena sikap non kooperasi secara
total dari pihak pesantren terhadap apa saja yang berbau barat dan aliran Islam
tidak leluasa untuk masuk karena dihalangi oleh pemerintah belanda.[8]
Di Indonesia
pendidikan Islam memiliki begitu banyak model pengajaran, baik yang berupa
pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Untuk institusi pendidikan
formal adalah seperti sekolah dan madrasah.
Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang
mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dan juga ilmu umum.
Setelah
lahirnya undang-undang sistem pendidikan nasional no. 2 tahun 1989 dan
peraturan pemerintah no. 28 dan 29 tahun 1990, madrasah berkembang dnegan
predikat baru yaitu sekolah umum berciri khas agama islam, yang teridir dari :
1.
Untuk tingkat dasar (ibtidaiyah) bobot materi hanya menyangkut
pokok-pokok ajaran islam, misalnya aqidah (rukun iman), masalah syariah (rukun
islam), dan masalah akhlak (rukun ihsan)
2.
Untuk tingkat menengah pertama (tsanawiyah), bobot materi mencakup
materi yang diberikan pada jenjang dasar dan ditambah dengan argumen-argumen
dari dalil naqli dan aqli.
3.
Untuk tingkat menengah atas (aliyah), bobot materi mencakup materi
yang telah diberikan pada jenjang dasar dan jenjang menengah pertama ditambah
dengan hikmah-hikmah dan manfaat dibalik materi yang diberikan.
4.
Untuk tingkat perguruan tinggi (jam’iyyah), bobot materi mencakup
materi yang telah diberikan pada jenjang dasar, menengah pertama, menengah
keatas, dan perguruan tinggi dan ditambah dengan materi yang bersifat ilmiah
dan filosofis.
Pengajaran di Indonesia sekarang mengalami kemajuan, salah satunya dengan
menggunakan pembelajaran terpadu dan pembelajaran tematik
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan
siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan
siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan
memahami hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya
sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh
informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang
membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor
pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
Selain itu
terdapat juga kemajuan dalam pengajaran yaitu Pembelajaan tematik. Pembelajaan
tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa isi
mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dalam Model Pembelajaran Tematik
di kelas awal yang diterbitkan Balitbang Diknas, tahun 2006 dikemukakan bahwa
sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : berpusat pada siswa,
memberikan pengalaman langsung, pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas,
menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran, bersifat fleksibel, hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip
belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Dalam menerapkan dan melaksanakan
pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan
yaitu prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip
evaluasi dan prinsip reaksi.
Selain itu Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip
yang harus dilakukan yaitu perencanaan yang mencakup : Pemetaan Kompetensi
Dasar, menetapkan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan
rencana pembelajaran
Dalam implementasi pembelajaran
tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai yang mencakup : Implikasi bagi
guru, implikasi bagi siswa, implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber
belajar dan media, implikasi terhadap pengaturan ruang, dan implikasi terhadap
pemilhan metode.
Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif
dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan
konsep-konsep yang dismpaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam
hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses
pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan
guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya
memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa
berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan
supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan
sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar.
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa
bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari
gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan
rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement
mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap
keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan
penghargaan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Abad Pertengahan yaitu pada abad ke-12 sampai abad 18
M, tepatnya dari tahun 1250-1800 M. Pendidikan
Islam di masa abad pertengahan berjalan dengan cara para guru berdiri di depan
kelas menyajikan materi-materi kuliah (ceramah). Ada juga pengajaran dengan
sistem berhalaqah (melingkar), Pengajaran
Ilmu Pedidikan Islam masa pertengahan juga menggunakan metode yang dilaksanakan
dengan cara guru membaca teks yang dipelajari kemudian memberikan keterangan
dan siswa mendengarkan secara seksama. Selain pengajaran dengan menggunakan
metode menulis, juga menggunakan dengan metode menghafal.
Begitu juga dengan Pengajaran Ilmu Pendidikan Islam di Era sekarang di negara
Indonesia, tidak terlepas dari pengajaran
Ilmu Pendidikan Islam di abad pertengahan baik dari metodenya, materi
mata pelajarannya dan dari kurikulumnya.
B.
Saran
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
kurang sempurna, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca
sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Abuddin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam Pada Periode Klasik Dan Pertengahan, Rajawali Press, Jakarta,
2013.
Aisyah
Nursyarief, Jurnal Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan Sejarah, Makassar,
2014.
Charles
Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, Sejarah Dan Perananannya
Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Logos, Jakarta, 1994, Cet. 1.
Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Hidayah Agung, Jakarta, 1989.
Mukarom, Jurnal
Tarbiya Volume: 1 No: 1 2015 (109-126), UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
M.Arifin, Perbandingan
Pwendidikan Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Muhaimin,
Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003.
[1] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta,
1997, Hlm.89.
s, Jakarta, 2013, Hlm. 96.
[3] Charles
Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, Sejarah Dan Perananannya
Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Logos, Jakarta, 1994, Hlm. 21.
[4] Ibid, Hlm.
173.
[5] Mahmud Yunus,
Sejarah Pendidikan Islam, Hidayah Agung, Jakarta, 1989, hlm. 165.
[6] Mukarom, Jurnal Tarbiya Volume: 1 No: 1 2015
(109-126), UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Hlm. 118.
[7] Aisyah Nursyarief, Jurnal Pendidikan Islam di Indonesia dalam
Lintasan Sejarah, Makassar, 2014, hlm. 259.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar