Rabu, 13 April 2016

gaya belajar


GAYA BELAJAR
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Dr. M. Nur Ghufron, S.Ag., M.Si






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Setiap anak yang dilahirkan memiliki karakteristik kemampuan otak yang berbeda-beda dalam menyerap, mengolah, dan menyampaikan informasi. Belajar merupakan aktivitas mental yang melibatkan kemampuan otak dalam menyerap, mengolah, dan menyampaikan informasi. Tentu saja bahwa belajar bukanlah hanya kegiatan menghafal saja. Banyak hal yang akan hilang (bersifat tidak permanen) dalam beberapa jam. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, peserta didik harus mengolah informasi tersebut dan memahaminya.
Salah satu karakteristik belajar yang berkaitan dengan menyerap, mengolah, dan menyampaikan informasi tersebut adalah gaya belajar peserta didik. Gaya belajar merupakan modalitas belajar yang sangat penting. Sebagian peserta didik bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan cara melihat orang lain melakukannya. Mereka menyukai cara penyajian informasi yang runtut. Selama pelajaran, peserta didik tersebut suka menulis apa yang dikatakan pendidik/guru/dosen. Peserta didik Visual ini berbeda dengan peserta didik Auditori yang mengandalkan kemampuan untuk mendengar. Sedangkan peserta didik Kinestetik lebih suka belajar dengan cara terlibat langsung.
Setiap masing-masing dari peserta didik memiliki gaya baelajar yang berbeda-beda dan memiliki variasi yang beragam, yang terpenting adalah bukan hanya gaya belajarnya akan tetapi gaya belajar yang menarik dan menyaenangkan dan tentunya bisa memahamkan peseta didik tentang  pembelajaran yang diberikan. Dalam makalah ini penulis akan mencoba menguraikan tentang pengertian, macam-macam dan implikasi gaya belajar , dan mencoba memberikan pengetahuan yang diharapkan bisa mengembangkan pengetahuan tentang gaya belajar.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Pengertian Gaya Belajar ?
2.      Apa saja macan-macam gaya  Belajar ?
3.      Bagaimana Ciri-ciri Perilaku Belajar ?
4.      Bagaimana Implikasi gaya belajar ?

C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Gaya Belajar ?
2.      Untuk Memahami macan-macam gaya  Belajar ?
3.      Untuk Memahami Ciri-ciri Perilaku Belajar ?
4.      Untuk Mengetahui Implikasi gaya belajar ?




















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Gaya Belajar
Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman hidup.Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan, pendengaran, dan kinestetik (sentuhan/gerakan). Setiap orang memiliki kekuatan belajar atau gaya belajar. Jika seseorang semakin mengenal baik gaya belajar yang dimiliki maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri dalam menguasai keterampilan dan konsep-konsep dalam kehidupan. Setiap manusia di dunia ini memiliki gaya tersendiri dalam berbusana, berbicara dan juga gaya hidup yang berbeda antara satu sama lain. Begitu pula dengan gaya belajar. Keanekaragaman cara siswa dalam belajar disebut dengan gaya belajar, ada pula yang menyebutnya dengan modalitas belajar. Setiap siswa memiliki gaya belajarnya sendiri, hal itu diumpamakan seperti tanda tangan yang khas bagi dirinya sendiri.[1]
Gaya belajar terdiri dari kata gaya dan belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya adalah tingkah laku, gerak gerik dan sikap.1 Sedangkan belajar adalah berusaha memeroleh kepandaian atau menuntut ilmu.[2]
Gaya belajar adalah kebiasaan yang mencerminkan cara memperlakukan pengalaman dan informasi yang kita peroleh.[3]Menurut Nasution yang dinamakan gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal.[4]

Setiap individu memunyai gaya belajar yang berbeda. Tidak semua orang mengikuti cara yang sama. Masing-masing menunjukkan perbedaan, namun para peneliti dapat menggolong-golongkannya. Gaya belajar berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang dipengaruhi oleh pembawaan, pengalaman, pendidikan, dan riwayat perkembangannya.[5]
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri dan otak kanan. Aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret). Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu visual (cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Sebagai pengajar, guru atau dosen tidak hanya melakukan proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi lebih dari itu seorang pengajar harus berperan sebagai motivator, inspirator, fasilitator dan mediator dalam proses belajar peserta didik.
Olehnya itu seorang guru atau dosen tidak hanya melakukan proses pengajaran tetapi juga dituntut melakukan proses pembelajaran. Efektivitas pembelajaran mengacu kepada pencapaian tujuan pembelajaran yang merupakan hal sangat penting dalam proses belajar mengajar karena model, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan. Untuk menetapkan metode dan teknik pembelajaran yang efektif dan efesien diperlukan pedoman yang bersumber dari berbagai faktor yaitu tujuan pembelajaran, peserta didik, dan sarana/prasarana yang mendukung.[6]


B.      Macam-Macam Gaya Belajar
1.      Gaya Belajar Model Myers-Briggs
a.      Ekstrovert atau Introvert (E-I)
Pribadi dengan gaya ekstrovert biasanya tidak suka berdiam diri dan mengutamakan tindakan tanpa banyak merenungkan. Baginya, yang penting didahulukan adalah tindakan, baru memikirkan resiko yang akan menimpanya. Mereka menikmati berbagai variasi kegiatan dan lebih suka pengalaman dalam mempelajari sesuatu.
Pribadi dengan gaya introvert dikenal dengan sosok pendiam dan sering menarik diri dari suasana yang ramai, serta juga lebih memikirkan resiko yang akan yang akan terjadi sebelum mengambil tindakan. Dalam menyelesaikan pekerjaan, ia lebih suka melakukan dengan sendiri dari pada kelompok. Kesendirian baginya akan mendatangkan ide-ide.
b.      Sensing-Intuition (S-I)
Pelajar dengan gaya sensing menilai bahwa apa yang dilihat, didengan, dicium, dan diraba adalah dasar bagi dirinya untuk mencari, menanggapi, atau memahami informasi yang didapatnya.
Pelajar dengan gaya intuitif mencari-cari hubungan dan pola-pola diantara fakta-fakta yang telah mereka kumpulkan. Ia tidak melihat apa yang terjadi, tetapi cenderung mencari fenomena apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
c.       Thinking-Feeling
Pelajar dengan gaya thinking mendasarkan keputusannya dengan pertimbangan logika dan nalar, tetapi kurang memedulikan perasaan orang lain. Gaya thinking ini sangat tegas dalam memutuskan segala sesuatu dengan alasan-alasan yang rasional.
Pelajar dengan gaya feeling biasanya dalam belajar lebih didasarkan pada keyakinan diri sendiri dari pada orang lain. Dalam memutuskan sesuatu pelajar dengan gaya feeling sangat memerhatikan perasaan.
d.      Judging-Perceiving (J-P)
Pelajar dengan gaya judging suka merencanakan, menjadwal, dan memerlukan tanggal yang pasti mengenai berbagai hal berkaitan dengan belajar, seperti mengenai kemajuan apa yang dipelajari, ujian, dan batas waktu tugas. Mereka hanya memusatkan hal-hal yang penting dan selalu bertindak dengan cepat.
      Pelajar dengan gaya perceiving menjalani hidup secara terbuka, serta menerima kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, menyukai sesuatu yang berubah-ubah, penuh kejutan dan spontanitas. Dengan begitu, ia mudah menyesuaikan diri, memahami orang lain, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan belajar.
2.      Gaya Belajar Model Holland
Gaya belajar model Holland adalah berdasarkan pada pembagian tipe minat. Holland membedakan minat individu menjadi 6 tipe:
a.      Konvensional
Individu dengan tipe konvensional menyukai aktivitas yang melibatkan perlakuan terhadap data secara sistematis, eksplisit, serta terstruktur. Individu ini tidak menyukai aktivitas yang ambigu dan bebas.
b.      Realistis
Individu dengan tipe realistis lebih memilih aktivitas-aktivitas yang melibatkan perlakuan secara jelas dan sistematis terhadap objek tertentu seperti peralatan, mesin, dan binatang, seperti hal-hal mekanis, elektro, pertanian, dan teknikal.
c.       Infestigatif
Individu dengan tipe investigatif lebih memilih aktivitas-aktivitas yang sifatnya observasional, simbolis, serta sistematis. Individu tersebut menyukai penelitian terhadap fenomena fisik, biologis, maupun budaya.


d.      Artistik
Individu ini lebih memilih aktivitas yang bebas, tidak sistematis, serta ambigu yang melibatkan manipulasi fisik, verbal, serta manusia sebagai bahan untuk menciptakan produk seni.
e.       Sosial
Individu dengan tipe sosial lebih memilih aktivitas yang melibatkan perlakuan terhadap orang lain dalam memberikan informasi, melatih, mengembangkan, menyembuhkan, dan menerangkan. Individu ini tidak menyukai aktivitas eksplisit, terstruktur, serta sistematis yang melibatkan bahan, peralatan, serta mesin.
f.       Wira Usaha
Individu dengan tipe wira usaha lebih menyukai aktivitas yang melibatkan perlakuan terhadap orang lain untuk mencapai tujuan organisosial atau keuntungan ekonomis. Individu ini tidak menyukai aktivitas sistematis, simbolis, serta observasional.  
3.      Gaya Belajar Model Witkin, Oltman, Raskin dan Karp
a.      Field Dependence
Individu dengan gaya belajar field dependence adalah ketika individu mempersepsikan diri dikuasai oleh lingkungan. Individu tersebut mempunyai sifat ekstrovet, cenderung dimotivasi dari luar dan banyak dipengaruhi oleh kelompok masyarakat.
b.      Field Independence
Individu dengan gaya belajar field independence adalah apabila individu mempersepsikan diri bahwa sebagian besar perilaku dipengaruhi oleh lingkungan. Individu tersebut mempunyai sifat introvet, cenderung dimotivasi dari dalam diri sendiri dan kurang terpengaruh oleh penguatan sosial.



4.      Gaya Belajar Model David Kolb
a.      Gaya Diverger
Gaya belajar diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan. Individu dengan tipe diverger unggul dalam melihat situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah mengamati dan bukan bertindak, termasuk perilaku orang lain, diskusi, dan sebagainya.
b.      Gaya Assimilator
Gaya belajar assimilator merupakan kombinasi berpikir dan mengamati. Individu dengan tipe assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, dirangkum dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Mereka cenderung lebih teoritis, berfikir dengan objektif, analitis, runtut, sistematis, berusaha benar-benar memahami suatu permasalahan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan.
c.       Gaya Akomodator
Gaya belajar akomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan. Individu dengan tipe akomodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi dari pada analisis logis.
5.      Gaya Belajar Model Honey-Mumford
a.      Gaya Belajar Aktivis
Individu dengan gaya belajar aktivis menyukai melakukan eksperimen, termasuk simulasi, studi kasus, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Biasanya memiliki pikiran yang terbuka tidak skeptis dan selalu antusias terhadap hal-hal baru.
b.      Gaya Belajar Reflektor
Individu dengan gaya belajar reflektor lebih menyukasi diskusi, debat, dan seminar dalam proses belajarnya. Sangat mempertimbangkan pengalaman dan memandang dari berbagai perspektif yang berbeda.
c.       Gaya Belajar Pragmatis
Individu dengan gaya belajar pragmatis cenderung kepada pengalaman konkret baik di laboratorium, bekerja di lapangan, maupun observasi. Mereka berusaha untuk mengeluarkan ide-ide baru dan opportunis.
d.      Gaya Belajar Teoris
Individu dengan gaya belajar teoris cenderung pada membaca buku, berpikir, membuat analogi, dan membandingkan teori satu dengan teori lainnya. Mereka suka menganalisis dan bersintesis.
6.      Gaya Belajar Model Riechmann-Grasha
a.      Avoidant
individu dengan gaya belajar avoidant ini tidak berminat atau tertarik pada pelajaran dalam ruang kelas tradisional. Tidak ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas. Mereka tidak suka membaca ataupun mengerjakan tugas dan cenderung tidak memiliki keinginan untuk belajar.
b.      Competitive
Individu dengan gaya belajar competitive ini mempelajari materi agar menjadi lebih baik dari yang lain, cenderung menarik perhatian guru. Mereka akan berusaha menyelesaikan tugas dan ujian dengan lebih baik dari teman-temannya.
c.       Independent
Individu dengan gaya belajar independent suka berpikir untuk diri sendiri, memilih untuk bekerja sendiri, tetapi mendengarkan ide orang lain, hanya mempelajari apa yang mereka anggap penting dan percaya diri dengan kemampuan mereka, lebih memilih kelas yang menganut student-centered karena mereka suka membentuk pengetahuan mereka sendiri.
7.      Gaya Belajar Model Dunn dan Dunn
Model ini dikembangkan lebih dari 25 tahun yang lalu oleh Rita dan Kenneth Dunn.  Secar Global , model gaya belajar Dunn & Dunn menggunakan kerangka kerja klinis dan diagnostik. Model di desain dan direncanakan berdasarrkan pada teori bahwa tiap-tiap individu siswa belajar dengan baik dalam cara yang berbeda. Konsekuensinya pendekatan produktivitas untuk mengajar dan belajar adalah unytuk memperkenalkan cara (suatu cara dilakukan pilihan-pilihan atau gaya-gaya)dimana tiap-tiap siswa belajar dengan menggunakan cara yang baik,dan kemudian menggunakn informasi untuk merencanakan pengajaran dan menyusun  situasi –situasi belajar untuk mengakomodasi pilihan-pilihan atau gaya belajar tiap-tiap individu siswa.
1.  Landasan Teori
      Model gaya belajar yang dikembangkan oleh Dunn & Dunn dibangun pada teori bahwa setiap individu mempunyai keunikan secara biologi dan karakteristik perkembangan. Keunikan karakteristik ini secara subtansi berdampak pada bagaimana seseorang belajar informasi baru dan bagaimana keahliannya. Keyakinan bahwa setiap individu siswa belajar secara berbeda adalah baik ditetapkan pada literatur pendidikan (Good & Brophy,1986). Jika situasi pengajaran diorganisasikan dalam satu cara yang meletakkan kebaikan pada kekuatan belajar tiap individu, maka mutu dan penilain belajar akan bertambah baik.
2. Tujuan Model Dunn & Dunn
Model gaya belajar Dunn &Dunn  telah dikembangkan untuk penggunaaan antar tingkat kelas untuk memperbaikai akademik semua siswa dan khususnya untuk siswa-siswa yang memiliki prestasi rendah. Tujuan umum pada model ini adalah untuk memperbaiki keefektifan pengajaran melalui identifikasi dan mencocokkan dengan tepat gaya belajar individu dengan kesempatan belajar.
Perkembangan model ini semula karena perhatian tentang kurangnya prestasi pada “siswa-siswa yang secara pendidikan tidak beruntung “ di New York banya sekolah umum dari siswi-siswi yang muskin, keadaan rumah yang miskin dan tidak berkembang. Pada 1967 Rita Dunnmenanyakan pada departemen pendidikan new York untuk mendesain dan membantu langsung progaram yang tep[ayt untuk memperbaiki keefektifan intruksi pada siswa yang tidak menunjukkan kemjuan dalam prestasi akademik. Penggunaan gaya belajar memerlukan guru untuk mereorganisasi pengajaran lingkunagn dan prosedur pengajaran untuk mengubah untuk metode yang di dominasi ceramah pada mengajar dengan beberapa fasilitas bersama, pada kelas yang fleksibel untuk belajar.[7]

C.    Ciri-Ciri Perilaku Belajar
Ciri-ciri perilaku berikut merupakan petunjuk kecenderungan belajar seseorang:
1.      Orang-orang Visual
Gaya Belajar Visual menurut kamus bahasa Indonesia yang berarti dapat dilihat dengan mata. Berarti gaya belajar visual merupakan gaya belajar dengan cara melihat. Karakteristik gaya belajar visual ini berhubungan dengan visualitas. Pertama, adalah kebuthan melihat sesuatu baik informasi maupun pelajaran secara visual, lalu memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan, dan yang terakhir adalah anak akan lebih mudah mengingat jika dibantu gambar, serta lebih suka membaca dari pada dibacakan.
Gaya belajar visual atau visual learner menitik beratkan ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti knkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar siswa paham. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum ia memahaminya.
Siswa yang memiliki gaya belajar visual menangkap pelajarannya lewat materi bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya ia memiliki kendala untk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan. Selain itu, orang yang menyukai gaya belajar visual suka membuat catatan-catatan yang baik dan rapi.
Gaya belajar ini dapat diterapkan dalam pembelajaran, dengan menggunakan beberapa pendekatan: menggunaka beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi/materi pelajaran berupa film, slide, ilustrasi, coretan atau kartu-kartu gambar berseri untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
2.      Orang-orang Auditorial
Auditorial berasala dari kata audio yang berarti sesuatu yang berhubungan denga pendengaran. Gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar dengan mendengarkan. Karakteristik model ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajar bila kita termasuk orang yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti diatas. Pertama adalah menggunakan tape perekam sebagai alat bantu.
Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar didepan kelas untuk kemudian didengarkan kembali. Pendekatan kedua yang bisa dilakukan adalah dengan wawancara atau terlibat didalam kelompok diskusi. Sedangkan pendekatan ketiga adalah dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah melakukan review secara verbal dengan teman atau pengajar.
3.      Orang-orang kinestetik                                                                             Gaya belajar ini mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberi informasi agar ia bisa mengingtnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tidak tahan duduk manis berlama-lama mendengarkan penyampaian pembelajaran. Tidak heran kalau individu yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta. Untuk menerapkannya dalam pembelajaran, kepada siswa yang memiliki karakteristik-karakteristi diatas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model peraga, misal bekerja di lab atau belajar yang membolehkannya bermain. Cara sederhana yang juga bisa ditempuh adalah secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat ditengah waktu belajarnya. [8]




D.    Implikasi Gaya Belajar Dalam Pembelajaran
1.   Gaya Belajar dan Kesesuaian Kemampuan Otak
Penelitian tentang bagaimana otak mempersiapkan dan memproses informasi akan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana seorang individu belajar dan demikian itu bentuk prinsip-prinsip dasar tentang kemampuan otak yang sesuai dengan belajar.
Sembilan bentuk kemampuan otak yang sesuai dengan belajar (yang diadaptasikan dari Brain Compatible Learning for the Block, oleh Williams dan Dunn) adalah:
1)      Belajar menjadi relevan sesuai konteks pribadi. Pelajar perlu memahami bagaimana informasi baru berhubungan dengan “kehidupan nyata” mereka.
2)      Belajar tergantung pada motivasi. Pelajar memerlukan motivasi untuk menetapkan dan memperkuat informasi baru dalam ingatan.
3)      Belajar diperkuat melalui pengalaman langsung. Pengalaman ini memberdayakan pelajar untuk menaruh satu teori atau konsep didalam konteks dan mengujikannya ketika diperlukan.
4)      Belajar memerlukan penghubung informasi baru sebelum mendapatkan pengetahuan baru lainnya. Otak mempunyai kapasitas besar untuk menerima informasi baru ketika dihubungkan pada kesiapan menerima pelajaran. Para pengajar harus membantu pelajar membuat hubungan ini.
5)      Belajar dapat dicapai secara lebih efisien bila informasi dibagi-bagi menjadi unit-unit. Dengan mengkelompokkan kemudian menghubungkan secara bersamaan informasi yang di dapat, maka otak akan membentuk skema atau konsep dan membentuk sebauh makna.
6)      Belajar kemudian dapat ditingkatkan berapa waktu kemudian untuk refleksi. Refleksi atau berpikir tentang apa yang telah dipelajari dapat membantu mengambil informasi pada ingatan pada jangka waktu yang lebih lama. Aktivitas seperti diskusi-diskusi kelompok, tanya jawab, dan menulis satu jurnal, semua merupakan usaha untuk membantu proses ini.
7)      Belajar lebih lama diingat bila duhubungkan dengan emosi-emosi dan pikiran sehat. Semakin pikiran sehat yang dilibatkan di dalam pengalaman belajar, stimulus semakin menetap bahkan dapat memperkaya memori pada jangka panjang.
8)      Belajar terjadi di satu lingkungan yang berkembang dan mengakomodasi berbagai cara guna menjadi cerdas. Kita semua mempunyai berbagai kecerdasan majemuk yang perlu untuk diakomodasikan dan diperkuat.
9)      Belajar adalah suatu aktivitas yang memerlukan energi tinggi. Jika tidak berlatih, informasi baru akan mulai memudar setelah 30 detik. Penting bagi pengajar sedikit waktu menutup informasi baru dengan metode yang bervariasi.
2.      Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Tiap Individu
Disebutkan oleh Honey & Mumford tentang pentingnya setiap individu mengetahui gaya belajar masing-masing adalah:
1)      Meningkatkan kesadaran kita tentang aktivitas belajar mana yang cocok atau tidak cocok dengan gaya belajar kita.
2)      Membantu menentukan pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas. Menghindarkan kita dari pengalaman yang tidak tepat.
3)      Individu dengan kemampuan belajar efektif yang kurang, dapat melakukan improvisasi.
4)      Membantu individu untuk merencanakan tujuan dari belajarnya, serta menganalisis tingkat keberhasilan seseorang.
3.      Pentingnya Pendidik Mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik
Menurut Montgomery dan Groat, ada beberapa alasan kenapa pemahaman pendidik terhadap gaya belajar peserta didik perlu diperhatikan dalam proses pengajaran, yaitu:
1)      Membuat proses belajar mengajar dialogis
Belajar bisa dianalogikan dengan “dialog” yang diharapkan cenderung lebih interaktif, kooperatif, dan mempunyai aspek relasional antara pelajaran dan pengajaran.
2)      Memahami perbedaan peserta didik
Peserta didik mempunyai perbedaan didalam berbagai hal, antara lain jenis kelamin, etnis, usia, bangsa, negara, latar belakang budaya, dan sebagainya. Keanekaragaman ini dapat memengaruhi kelas, termasuk gaya dalam belajar.
3)      Berkomunikasi melalui pesan
Ketika sekolah telah mengetahui kecenderungan minat dan gaya belajar peserta didik,  maka  seharusnya guru untuk berupaya merealisasikan minat dan gaya belajar peserta didik dan menyesuaikan dasar pengetahuan peserta didik.
4)      Membuat proses pengajaran lebih banyak memberi penghargaan.
5)      Memastikan masa depan dari disiplin-disiplin yang dimiliki peserta didik.
4.      Implikasi dalam Pendidikan
Menurut Penger, dkk., berdasarkan hasil penelitian metaanalisis memberikan ulasan mengenai implikasi teori gaya belajar dalam pendidikan, yaitu:
1)      Implikasi dalam pendidikan menunjukkan bahwa mengganti strategi gaya belajar yang telah ditetapkan, menyesuaikan bahan pelajaran dan manajemen yang sesuai merupakan implementasi strategi belajar yang lebih fleksibel.
2)      Masing-masing siswa unik didalam pendekatan belajar mereka. Dalam beberapa kondisi mereka dapat menjalankan secara kombinatif dari beberapa teori yang ada.
3)      Pilihan dari satu gaya belajar tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan tingkat pengetahuan.
4)      Misi manajemen pendidikan adalah untuk menciptakan dan memperluas pengetahuan untuk memberdayakan kesuksesan siswa ketika masuk kerja.
5)      Pengajar dalam pendidikan lebih tinggi memerlukan satu kesadaran dalam memberikan pilihan-pilihan gaya belajar dari para siswa dengan tujuan untuk mengembangkan dan menggunakan pengajaran, strategi dan metode pengajaran yang efektif dan efisien.
6)      Meningkatkan metakognisi pelajar dengan senantiasa sadar pada proses berpikir tentang suatu pemikiran dan proses-proses belajar mengajar.
7)      Kesadaran pengetahuan berkaitan gaya belajar dapat membantu para siswa lebih baik untuk menyesuaikan situasi-situasi yang berbeda.
8)      Para siswa yang menyadari pentingnya strategi belajar akan mempunyai berbagai pilihan untuk memilih salah satu strategi untuk mengerjakan suatu tugas tertentu.
9)      Untuk para pendidik, suatu tantangan pendidikan lebih tinggi adalah untuk menyiapkan perkembangan metakognisi pelajar, membuka peluang bagi mereka untuk dapat merefleksikan tidak hanya pada apa yang mereka pelajari melainkan juga tentang bagaimana dan mengapa suatu materi dipelajari.
10)   Tujuan akhir untuk para pendidik di dalam pendidikan lebih tinggi adalah menyediakan perkembangan metakognisi pelajar, membuka peluang bagi mereka untuk dapat merefleksikan tidak hanya pada apa yang mereka pelajari melainkan juga tentang bagaimana dan mengapa suatu materi dipelajari dan lebih spesifiknya membantu mereka ke ‘belajar bagaimana cara belajar’.[9]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Gaya belajar adalah kebiasaan yang mencerminkan cara memperlakukan pengalaman dan informasi yang kita peroleh. Menurut Nasution yang dinamakan gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal.
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri dan otak kanan.
Macam-Macam Gaya Belajar
1.      Gaya Belajar Model Myers-Briggs
2.      Gaya Belajar Model Holland
3.      Gaya Belajar Model Witkin, Oltman, Raskin dan Karp
4.      Gaya Belajar Model David Kolb
5.      Gaya Belajar Model Honey-Mumford
6.      Gaya Belajar Model Riechmann-Grasha
7.      Gaya Belajar Model Dunn dan Dunn
Ciri-Ciri Perilaku Belajar
1.      Orang-orang Visual
Berarti gaya belajar visual merupakan gaya belajar dengan cara melihat
2.      Orang-orang Auditorial
Gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar dengan mendengarkan.
3.      Orang-orang kinestetik
Gaya belajar ini mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang member informasi agar ai bisa mengingatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Bob Samples, Revolusi Belajar untuk Anak: Panduan Belajar sambil Bermain untuk Membuka Pikiran Anak-anak Anda, terj. Rahmani Astuti, ( Bandung: Kaifa, 2002).
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara).
Mulyono, Strategi Pembelajaran, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012).
Hasrul, Jurnal MEDTEK, PEMAHAMAN TENTANG GAYA BELAJAR Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009.
M.Nur Ghufron, dan Rini Risnawita, Gaya Belajar Kajian Teoritik, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012).
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013).
Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014).


[1] Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 141-143.
[2] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 422.
[3] Bob Samples, Revolusi Belajar untuk Anak: Panduan Belajar sambil Bermain untuk Membuka Pikiran Anak-anak Anda, terj. Rahmani Astuti, ( Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 146.
[4] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 94.
[5] Mulyono, Strategi Pembelajaran, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 226-228.
[6] Hasrul, Jurnal MEDTEK, PEMAHAMAN TENTANG GAYA BELAJAR Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009.
[7]  M.Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Gaya Belajar Kajian Teoritik, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012), hal. 120-130.

[8]  Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013), hal. 53-59.

[9] Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 147-165.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar