Rabu, 13 April 2016

HAUL SUNAN KUDUS (blm selesai)



NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA BUKA LUWUR SEBAGAI HAUL SUNAN KUDUS
Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun
Guna Memenuhi Syarat Pengajuan Beasiswa Berprestasi

Disusun Oleh :
Aida A
1410110062

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Islam dan budaya adalah dua entitas yang berbeda. Namun keduanya dapat saling mempengaruhi. Budaya dari masyarakat setempat tidak serta merta terkikis, dan Islam merespon budaya lokal sepanjang adat atau tradisi tersebut tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Pengaruh Islam juga sangat terasa dalam upacara-upacara sosial budaya tersebut. Misalnya di Sumatra ada upacara Tabut untuk memperingati maulud nabi (kelahiran nabi), begitu juga di Jawa dengan Sekaten, kemudian ada Grebeg di Demak dan Buka Luwur di Kudus.
Kudus merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang memiliki beragam budaya. Salah satu budaya di kota Kudus adalah Buka Luwur yang merupakan tradisi rutin yang diadakan tiap tahunnya di Menara Kudus sebagai wujud dari hubungan Islam dengan tradisi setempat.
Oleh karena itu, dalam Karya Tulis Ilmiah ini akan membahas tentang peringatan Buka Luwur khususnya di Menara Kudus. Hal ini, disebabkan karena dalam tradisi Buka Luwur mempunyai rentetan acara yang panjang dan mempunyai fungsi nyata dalam kehidupan sosial. Di samping itu juga terdapat simbol-simbol yang masih erat hubungannya dengan nilai-nilai tradisi setempat yang berlaku dan ada prosesi yang diyakini milik Sunan Kudus yang diangap akan mendatangkan berkah.





B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam karya tulis ini yaitu :
1.      Bagaimana Sejarah Buka Luwur Kanjenng Sunan Kudus?
2.      Apa Pengertian Haul dan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus?
3.      Apa Tujuan Peringatan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus?
4.      Bagaimana Prosesi Peringatan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus?
5.      Bagaimana menyikapi tradisi atau budaya?

C.    Tujuan Penelitian

Karya tulis ilmiah ini mempunyai tujuan yaitu :
1.      Untuk Mengetahui Sejarah Buka Luwur Kanjenng Sunan Kudus.
2.      Untuk Mengetahui Pengertian Haul dan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus.
3.      Untuk Mengetahui Tujuan Haul dan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus.
4.      Untuk Menjelaskan Bagaimana Prosesi Peringatan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Buka Luwur Kanjenng Sunan Kudus
Ja’far Shadiq, yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus mendakwahkan agama Islam di sekitar daerah yang dahulu dikenal sebagai daerah Tajug dan sekitar Jawa Tengah pesisir utara setelah menyelesaikan tugas keprajuritannya sebagai Panglima pada 1543 TU. Beliau adalah seorang ulama yang konon menguasai betul ilmu Tauhid, Ushul, Hadits, Sastra Mantiq dan lebih-lebih ilmu Fiqih. Olel sebab itu, gelar Waliyyul Ilmi melekat pada diri beliau. Meski tak ada data yang psti tentanng waktu wafat beliau, sejarawan memperkirakan bahwa Sunan Kudus wafat sekitar tahun 1555 TU.
Sunan Kudus yang telah berdakwah mengislamkan dengan bijak dan hikmah di wilayah Kudus berabad-abad lalu telah meninggalkan warisan budaya Islam yang hingga kini masih langgeng. Masjid dan makam beliau juga menjadi tempat bagi para santri menghafal al-Qur’an. Ilmu-ilmu beliau telah diteruskan oleh para alim ulama’dan para santri Kudus dan sekitarnya hingga kini tak putus-putusnya do’a mengalir dari anak Adam yang shalih shalihah yang terus berziarah ke makam beliau.
Karenanya, tak ada keraguan bahwa acara Buka Luwur merupakan bagian dari upaya umat meneladani akhlaq Islam para Waliyullah, pecinta Sunnah Nabi. Perlu dicatat bahwa makam Sunan Kudus sendiri sudah berusia sekitar 600 tahun sehingga sebagai langkah yang diambil untuk menjaga dan melestarikan makam Sunan Kudus ini, keluarlah kebijakan untuk menutup makam dan tidak memperkenankan setiap orang untuk masuk. Karenanya, hanya di acara-acara khusus tertentu seperti Buka Luwur ini makam dibuka, namun hal ini dilakukan hanya untuk acara prosesi membuka dan memasang penutup yang menghiasi makam.[1]

B.     Pengertian Haul dan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus

a.       Pengertian Haul :
Kata “Haul” berasal dari bahasa Arab, artinya setahun. Peringatan Haul berarti peringatan genap 1 tahun. Peringatan ini berlaku bagi keluarga siapa saja, tidak terbatas pada orang-orang NU saja. Akan tetapi, bagi oaring-orang NU, Haul terasa lebih bernuansa agamis ketimbang orang Jawa yang menyelenggarakannya. Gema Haul akan lebih terasa dahsyat jika yang meninggal itu seorang tokoh kharismatik, ulama’ besar, atau pendiri sebuah pesantren.[2] Haul adalah salah satu tradisi yang berkembang kuat di kalangan Nahdliyin. Berbentuk peringatan kematian seseorang setiap tahun. Diambil sebuah ungkapan yang berasal dari hadits Nabi SAW, hadits riwayat Imam Waqidi :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزور قتلى أحد في كل حول، وإذا لقاهم بالشعب رفع صوته يقول : السلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار. وكان أبو بكر يفعل مثل ذلك وكذلك عمر بن الخطاب ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم. [رواه الواقدي]
Artinya:
Rasulullah SAW, setiap haul (setahun sekali) berziarah ke makam Syuhada perang uhud. Ketik Nabi SAW sampai di suatu tempat bernama Sya’b, beliau mengeraskan suaranya dan berseru “Keselamatan bagimu atas kesabaranmu, alangkah baiknya tempatmu di alam akhirat”. Abu Bakar, juga melakukan seperti itu, demikian juga Umar bin Khatthab dan Utsman bin ‘Affan ra”.(HR.Baihaqi).[3]

b.      Pengertian Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus :
            Buka adalah membuka sedangkan Luwur adalah kain mori penutup makam Sunan Kudus. Jadi, Buka Luwur adalah membuka dan mengganti Luwur atau kain mori/penutup makam Sunan Kudus yang dilaksanakan setahun sekali. Maksudnya, tidak hanya membuka Luwur, tetapi juga mengganti dengan Luwur yang baru. Kalau membuka Luwur dilakukan pada tiap 1 Muharram, maka penggantian diadakan tiap tanggal 10 muharram. Acara Buka Luwur sering disamakan dengan Haul, yakni upacara tahunan memperingati hari wafatnya seseorang yang sudah diknal sebagai pemuka agama, wali, ulama, atau pejuang muslim lainnya. Barangkali dikarenakan rangkaian acara pembukaan dan pemasangan luwur selalu ditandai dengan acara tahlilan sehingga tak sedikit umat yang mengira hari itu adalah tanggal wafatnya Sunan Kudus. Buka luwur lebih pada tradisi penghormatan, bukan memperingati hari kematian karena sampai sekarang belum ditemukan catatan sejarah mengenai wafat Sunan Kudus.[4]
C.    Tujuan Peringatan Buka Luwur
Peringatan Buka Luwur diadakan karena adanya tujuan yang penting yaitu mengenang jasa dan hasil perjuangan para tokoh terhadap tanah air, bangsa serta umat dan kemajuan agama Allah, seperti peringatan haul wali songo, para haba'ib dan ulama besar lainnya, untuk dijadikan suri tauladan oleh generasi penerus. [5]

D.    Prosesi Peringatan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus
Ada beberapa prosesi yang dilaksanakan pada peringatan Buka Luwur, baik itu sebelum pelaksanaan Buka Luwur maupun saat pelaksanaan Buka Luwur. Prosesi peringatan Buka Luwur diantaranya sebagai berikut :
a.       Pengajian Tahun Baru Hijriyah
Upacara Buka Luwur dimulai pada malam 1 syuro, yakni memasuki awal Tahun Baru Islam (bulan Muharram) dengan dibukanya Pengajian Umum Tahun Baru Hijriyah. Acara ini dihadiri oleh masyarakat umum yang datang dari berbagai daerah di Kudus dan sekitarnya, biasanya diisi oleh kyai sepuh.
b.      Pelepasan Luwur
Pelepasan Luwur makam Sunan Kudus itu sendiri dilaksanakan pada pukul 06.00 pagi. Sebelum Luwur dibuka, terlebih dahulu dibacakan Tahlil. Kemudian, pelepasan Luwur makam Sunan Kudus dilakukan bersama-sama oleh orang-orang tertentu dan para kyai sepuh yang hadir yang dipimpin oleh kyai sepuh yang memimpin Tahlil. Pembukaan Luwur dilakukan di dalam makam, kemudian diikuti dengan pelepasan Luwur yang di luar dan sekitar makaam Sunan Kudus oleh para pengurus, panitia, warga, serta santri yang hadir.
c.       Munadharah Masa’il Diniyyah
Acara ini merupakan forum untuk belajar bersama memperdalam ilmu-ilmu agama yang dihadiri oleh umum, para santri dan para kyai yang diadakan di serambi depan Masjid Menara Kudus. Materi yang dibahas dalam Munadharah adalah kumpulan pertanyaan yang diajuka oleh masyarakat, dan pesrta diberikan kesempatan untuk mengajukan pendapatnya.
d.      Do’a Rasul dan Terbang Papat
Acara pembacaan Do’a Rasul yang dilaksanakan pada malam 9 Syuro di Gedung YM3SK (Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus), acara ini dihadiri oleh masyarakat umum dan terbangan ditampilkan oleh grup dari masyarakat sekitar.
e.       Khotmil Qur’an bil Ghaib
Pagi harinya pukul 05.00 pagi pada 9 Syura di dalam masjid diadakan khataman al-Qur’an bil Ghaib yang dilakukan oleh para hafidh (penghafal al-Qur’an). sebelum acara khataman dimulai, terlebih dahulu diadakan pembukaan dan sedikit tausiah dari Kyai sepuh.
f.       Santunan Anak Yatim
Santunan kepada anak yatim yang dilaksanakan pada 9 Syuro pukul 09.00 WIB di Gedung YM3SK. Acara tersebut didaahului dengan taausiyah tentang anjuran Islam untuk senantiasa memperhatikan anak yatim daan anak-anak juga diajak bersama-sama mendo’akan oraang tuanya yang sudah meninggal, kemudian satu per satu anak dipanggil untuk menerima santunan berupa uang dan barang lain.
g.      Pembagian Bubur Asyuro
Bubur Asyuro hanya dibuat pada tanggal 9 Syuro untuk menyambut hari Asyuro, dan bubur dibagikan kepada penduduk sekitar Menara. Bubur Asyuro dipercaya masyarakat mengandung berkah.
h.      Pembacaan al-Barzanji
Pembacaan al-Barzanji diselenggarakan sebelum pengajian malam 10 Muharram, yaitu setelah isya’. Untuk jama’ah perempuan di Pawestren (tempat shalat perempuan), sedangkan untuk jama’ah laki-laki di pendapa tajug.
i.        Pengajian Umum Malam 10 Syuro
Pengajian malam 10 Muharram sendiri sebenarnya baru dimulai setelah isya’, namun dengan penuh antusias dan khusuk, sebagai salah satu bukti penghormatan kepada Sunan Kudus (shahibul hajat)
j.        Pembagian Brekat Salinan
Brekat salinan adalah brekat yang diperuntukkan bagi masyarakat dengan cara menukarkan nasi yang dibawa dari rumah yang kemudian ditukar dengan nasi Buka Luwur
k.      Pembagian Brekat Shadaqah
Brekat shadaqah adalah brekat yang diperuntukkan bagi masyarakat yang telah memberikan shadaqah dalam bentuk apa pu dan diterima resmi oleh panitia untuk keperluan Buka Luwur 
l.        Pembagian Brekat Umum (Nasi Jangkrik)
Brekat umum adalah brekat yang akan dibagikan kepada masyarakat umum menjelang puncak acara Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus. Untuk mendapatkannya, puluhan ribu masyarakat rela mengantri karena masyarakat meyakini adanya berkah dalam brekat tersebut.
m.    Upacara Pemasangan Luwur Makam Kanjeng Sunan Kudus
Upacara pemasangan Luwur merupakan puncak acara Buka Luwur yang dibuka dengan iftitah bil fatihah atau membaca surat al-Fatihah, kemudian qira’atul Qur’an, dilanjutkan dengan dzikir bersama dan diakhiri dengan pmbacaan do’a Asyura.
            Luwur yang dipasang pada acara puncak ini adalah luwur yang menutupi makam Kanjeng Sunan Kudus di bagian dalam. Setelah luwur tersebut terpasang , dilakukan pembacaan tahlil beserta do’anya. Sesusai upacara pemasangan luwur, masyarakat dibagikan berkat luwur berisi nasi dan daging serta potongan kain luwur lama makam Kanjeng Sunan Kudus.[6]

E.     SIKAP TERHADAP TRADISI ATAU BUDAYA
Kehidupan tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Oleh karena itu, menghadapi budaya atau tradisi, ajarang Aswaja mengacu kepada salah satu kaidah fiqh “al-muhafazhah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah” (melestarikan kebaikan yang ada dan mengambil atau mengkreasikan sesuatu yang baru yang lebih baik). Dengan menggunakan kaidah ini, pengikut Aswaja memiliki pegangan dalam dalam menyikapi tradisi. Yang dilihat bukan tradisi atau budayanya, tapi nilai yang dikandungnya. Jika sebuah produk budaya tidak bertentangan dengan ajaran pokok islam, dalam arti mengandung kebaikan, maka bisa diterima. Bahkan bisa dipertahankan sebagai yang layak untuk diikuti.[7]

F.     KEBUDAYAAN BERSENDIKAN ISLAM
Kebudayaan islamiyah mempercayai ilmu pengetahuan yang berdasarkan kebenaran, dan bahwa kebudayaan ini terpusat pada aqidah yang murni. Ia tertuju kepada akal dan hati manusia sekaligus, sehingga membekas dalam di jiwa dan pikiran pada waktu yang sama. Disinilah terletak keagungan agama dan kebudayaan islam. Dan kebudayaan yang bersendikan islam mampu menumbuhkan sikap dan sifat toleransi, adil, penuh kasih dan berprikemanusiaan, selain kebudayaan yang berdasarkan Dinul Islam.[8]
Rumusan Howard E. Jensen, mengatakan bahwa secara sosial-psikologik, kebudayaan meliputi tradisi atau semua system pemikiran yang ditransmisikan secara verbal, system kepercayaan, kode-kode moral, filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama.[9]


                                   
           








[1] Budiyanto, Ari dan Maesa Anggni. Tanpa Tahun. Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus. Kudus: Yayasan Masjid Menara & Makam Sunan Kudus. Hal.2-6.

[2] H. MunawirAbdul Fattah. 2006. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Hal.270.
[3] H. Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan. 2007. Antologi NU. Surabaya: Khalista. Hal.119.
[4] Budiyanto, Ari dan Maesa Anggni. Tanpa Tahun. Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus. Kudus: Yayasan Masjid Menara & Makam Sunan Kudus. Hal.8.
[5] Hasil Wawancara
[6] Budiyanto, Ari dan Maesa Anggni. Tanpa Tahun. Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus. Kudus: Yayasan Masjid Menara & Makam Sunan Kudus. Hal.9-22.

[7] Tim PWNU Jawa Timur, 2007, Aswaja An-Nahdliyah, Surabaya: Khalista, Hal.33.
[8] Musthafa As-Siba’I, Tanpa Tahun, Kebangkitan Kebudayaan Islam, Jakarta: Media Dakwah, Hal.75.
[9] Faisal Ismail, 1998, Paradigma kebudaan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, Hal. 38.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar