KECERDASAN
MAJEMUK
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Strategi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu: Dr. M. Nur Ghufron, S.Ag., M.Si

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan menjadi salah
satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam
kehidupan. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah intelegensi merupakan
salah satu masalah pokok, karenanya tidak mengherankan kalau masalah tersebut
banyak dikupas orang. Dalam penelitian di Harvard University mendukung dengan
berpendapat bahwa setiap manusia memiliki semua jenis kecerdasan itu, namun
hanya ada beberapa orang yang dominan atau menonjol dalam diri seseorang.
Kecerdasan merupakan
salah satu faktor utama yang menentukan sukses dan gagalnya Peserta Didik
belajar di sekolah. Peserta Didik mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di
bawah normal sukar untuk diharapkan memperoleh prestasi yang tinggi. Tetapi
tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara
otomatis dia akan sukses belajar di sekolah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian kecerdasan
majemuk?
2.
Apa saja macam-macam kecerdasan majemuk?
3.
Bagaimana implikasi kecerdasan majemuk dalam pembelajaran?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian kecerdasan majemuk.
2.
Untuk mengetahui macam-macam kecerdasan majemuk.
3.
Untuk mengetahui implikasi kecerdasan majemuk dalam pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian kecerdasan
majemuk
Intelegensi atau biasa diartikan sebagai kecerdasan adalah
merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dalam kemampuan umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan
yang amat spesifik.
Kecerdasan majemuk adalah sebuah teori kecerdasan yang mengatakan
bahwa kecerdasan tidak hanya berfokus pada satu sisi kecerdasan, tetapi banyak
sisi lain dari kecerdasan itu sendiri. Tokoh dari kecerdasan majemuk yang paling terkenal
adalah Howard Gardner.
Kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences/MI) lahir sebagai koreksi terhadap konsep kecerdasan yang dikembangkan oleh
AlfedBinet (1904), yang meletakkan dasar kecerdasan seseorang pada Intelligences
Quotient (IQ) saja. Berdasarkan tes IQ yang dikembangkannya,
Binet menempatkan kecerdasan seseorang dalam rentang
skala tertentu yang menitikberatkan pada kemampuan berbahasa
dan logika semata. Dengan kata lain apabila seseorang pandai dalam bahasa dan
logika, maka ia pasti memiliki IQ yang tinggi. Tes
yang dikembangkan Binet ini, menurut Gardner (1983) belum mengukur kecerdasan
seseorang sepenuhnya, sebab tes IQ Binet baru mewakili sebagian kecerdasan yang
ada. Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan
bukan hanya pada satu faktor saja, melainkan ada majemuk,
yakni, kecerdasan linguistik, matematik- logis, spasial, kinestetik-jasmani,
musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis.[1]
B.
Macam-macam kecerdasan majemuk
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan adalah serangkaian keterampilan
(a set of skills) dalam memecahkan masalah membuat seseorang mampu
memecahkan kembali maslah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang dihadapinya,
menciptakan produk yang efektif dan harus mencakup potensi menemukan atau
memecahkan masalah.[2]
Secara singkat dapat dikatakan bahwa kecerdasan adalah
kemampuan seseorang untuk dapat menghadapi segala persoalan
dan tantangan hidup dengan setting (latar) yang berbeda-beda.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur
kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan
visual spasial, kecerdasan kinestetis, keccerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Secara rinci masing-masing kecerdasan
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1.
Kecerdasan Logis Matematis
Kemampuan menggunakanangka dengan baik dan melakukan penalaran yang
benar. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis,
pernyataan dan dalil, fungsi logika dan kemampuan abtraksi-abtraksi lainnya.
2.
Kecerdasan Bahasa
Kemampuan menggunakan kata secara
efektif, baik lisan maupun tertulis. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi
kemampuan memanipulasi struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik
atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa, hafalan,
eksplanasi dan metabahasa.
3.
Kecerdasan Musikal
Kemampuan mengapresiasi berbagai bentuk musikal, membedakan,
menggubah dan mengekspresikannya.Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap
irama, pola nada ataumelodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu.
4.
KecerdasanVisual-Spasial
Kemampuan mengekspresi dunia spasial-visual
secara akurat dan kemampuan mentransformasikan persepsi
dunia spasial-visual tersebut dalam berbagai
aspek kehidupan. Selain itu
kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap warna, garis,bentuk dan hubungan
antar unsur. Kemampuan membayangkan, mempresentasikan
ide secara visual atau spasial, dan mengorientsikan diri
secara tepat dalam praktek matrik spasial.
5.
Kecerdasan Kinestetis
Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan
perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan sesuatu, dan
kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik seperti keseimbangan, kekuatan, kelenturan,
kecepatan dan hal-hal yang berkaitan dengan sentuhan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan dalam bersosialisasi
sehingga seseorang yang cerdas interpersonalnya akan mudah bergaul dan
senang belajar kelompok. Profesi yang sesuai : Politisi, guru, pemimpin
religius, penasehat, penjual, manager, dan public relection.[3]
7.
Keccerdasan Intrapersonal
Kemampuan memahami diri sendiri
dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Selain itu kecerdasan
ini juga meliputi kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi,
temperamen, keinginan, berdisiplin diri, dan kemampuan menghargai
diri.
8.
Kecerdasan Naturalis
Kemampuan mengenali dan mengkategorikan spesies flora dan fauna di
lingkungan sekitar. Kecerdasan ini
juga meliputi kepekaan terhadap fenomena-fenomena alam
lainnya, dan kemampuan membedakan benda-benda tak hidup dengan
benda-benda hidup lainnya.
Gardner mengemukakan bahwa setiap orang untuk mencapai kesuksesan
dalam hidup harus memiliki beberapa kecerdasan. Bukan
berarti harus semua (8 kecerdasan )
ada pada seseorang. Barangkali 2-4
kecerdasan, akan tetapi satu yang menonjol.
C.
Implikasi kecerdasan majemuk dalam Pembelajaran
Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, dapat
ditempuh dengan:
1.
Memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap mata
pelajaran.
yaitu ibarat meng-input
informasi melalui delapan jalur kedalam otak memori siswa. Bloom (1956)
menekankan pada tiga ranah/domain yang ada, yaitu kognitif, efektif dan
psikomotor. Gardner menekankan
pada tujuh
kecerdasan yang dimiliki setiap siswa. Secara
empirik untuk menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan
majemuk dapat dilakukan:
a.
Merumuskan kompetensi dasar dan indikator dengan basis kecerdasan
majemuk, baik dalam silabus dan RPP.
b.
Menetapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang variatif sesuai
dengan semua atau beberapa kecerdasan.
c.
Menetapkan kegiatan-kegiatan/aktivitas
pembelajaran yang merangsang
kecerdasan majemuk.
d.
Menetapkan jenis/bentuk tes dan rumusan butir soal berbasis kecerdasan
majemuk.
2.
Mengoptimalkan pencapaian mata
pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing
siswa.
Strategi kedua yang dapat ditempuh apabila secara faktual gurutelah
mengidentifikasikan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa.
Gardner selalu mengingatkan bahwa ada satu atau lebih kecerdasan
yang menonjol pada masing-masing individu (siswa). Bila disadari
hal ini, mengapa tidak mengoptimalkannya sebagai jati dirinya, meskipun
untuk bidang yang lainnya harus puas dengan standar minimal
yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga.
Dalam penerapan tahap kedua ini strategi pembelajaran yang digunakan
lebih bersifat personal atau individual. Siswa yang memiliki kecerdasan
linguistik misalnya, akan dioptimalkan pencapaian hasil belajarnya
pada mata pelajaran Bahasa dan sastra. Sedangkan mereka yang
mempunyai kecerdasan matematis-logis misalnya, akan diarahkan pada
pencapaian hasil belajar mata pelajaran matematika seoptimal mungkin.
Bagi mereka yang memiliki kecerdasan spasial dapat dioptimalkan
dengan menggunakan media visual atau menggunakan peta
konsep. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani dapat
diaktifkan dengan gerakan-gerakan tertentu. Misalnya dapat mengekspresikan
suatu pesan dengan bahasa tubuh. Sedangkan belajar dengan
alunan musik atau alat musik dapat mengoptimalkan belajar mereka
yang memiliki kecerdasan musikal. Mereka yang memiliki kecerdasan
interpersonal dapat dioptimalkan dengan cara belajar interaksi
sosial seperti diskusi dan wawancara. Mereka yang memiliki kecerdasan
intrapersonal dapat dioptimalkan dengan cara belajar merenung,
berefleksi, proyek/tugas individu dan pada tempat yang agak
sepi.
3.
Mengoptimalkan pengelolaan kelas yang variatif.
Penerapan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk mencapai
kompetensi pada dasarnya adalah bagaimana membantu siswa
mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif.[4] Menunjukkan
beberapa alternatif pengelolaan
kelas supaya siswa aktif:
a.
Proses belajar satu kelas penuh. Pembelajaran yang dipimpinoleh
guru yang menstimulasi seluruh siswa.
b.
Diskusi kelas, dialog dan
debat tentang persoalan-persoalan utama.
c.
Pengajuan pertanyaan: siswa mengajukan pertanyaan dan meminta
penjelasan.
d.
Kegiatan belajar kolaboratif: tugas dikerjakan secara bersama dalam
kelompok kecil.
e.
Pengajaran oleh tema sekelas (tutor sebaya): pengajaran dilakukan
oleh siswa sendiri.
f.
Kegiatan belajar mandiri: aktivitas belajar yang dilakukan secara
persorangan.
g.
Kegiatan belajar aktif, kegiatan
yang membantu siswa memahami
perasaan, nilai-nilai dan sikap mereka.
h.
Pengembangan keterampilan: mempelajari dan mempraktekkan keterampilan,
baik teknis maupun non-teknis.
Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk
mencapaian kompetensi pembelajaran menuntut adanya penataan
(setting) kelas yang variatif dan menarik. Sistem berpindah kelas
(moving class) merupakan salah contoh yang dilakukan sesuai dengan
tuntutan kebutuhan belajar kecerdasan tertentu. Penggunaan metode
juga menuntut adanya variasi metode seperti: ceramah, tanyajawab, diskusi,
observasi, wawancara, studi tour, studi lapangan, eksperimen,
dramatisasi, refleksi, menggunakan musik, dan sebagainya.[5]
Penggunaan media pembelajaran juga harus variatif juga,
misalnya carta, skema, flow chart, diagram, sampai pada alat peraga
alam. Sistem penilaian tidak cukup hanya
menggunakan tes objektif. Tes yang dikembangkan harus lebih variatif,
mulai dari uraian, pengamatan, tugas pribadi sampai pada penggunaan
portofolio.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kecerdasan majemuk adalah sebuah teori kecerdasan yang mengatakan
bahwa kecerdasan tidak hanya berfokus pada satu sisi kecerdasan, tetapi banyak
sisi lain dari kecerdasan itu sendiri.
Kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences/MI) lahir sebagai koreksi terhadap konsep kecerdasan yang dikembangkan oleh
AlfedBinet (1904), yang meletakkan dasar kecerdasan seseorang pada Intelligences
Quotient (IQ) saja.
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan adalah serangkaian keterampilan
dalam memecahkan masalah membuat seseorang mampu memecahkan kembali
maslah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, menciptakan produk
yang efektif dan harus mencakup potensi menemukan atau memecahkan masalah. Menurut
Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan:
1. matematika logika,
2. kecerdasan bahasa,
3. kecerdasan musikal,
4. kecerdasan visual spasial,
5. kecerdasan kinestetis,
6. keccerdasan interpersonal, dan
7. kecerdasan naturalis.
Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, dapat
ditempuh dengan:
1.
Memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap mata
pelajaran.
2.
Mengoptimalkan pencapaian mata
pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing
siswa.
3.
Mengoptimalkan pengelolaan kelas yang variatif.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi Agus, Revolusi Kecerdasan, Bandung: Alfabeta, 2005.
Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2009.
Melvin L Silberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa
Aktif, Bandung:
Nusamedia & Nuansa, 2004.
Prawiradilaga Dewi Salma dan Siregar Eveline, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta : Universitas
Negeri Jakarta, 2004.
Soetopo Hendyat, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori,
Permasalahan dan Praktek, Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, 2005
[1]Prawiradilaga Dewi Salma dan Siregar Eveline, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta :
Universitas Negeri Jakarta), 2004, hlm. 61.
[3] Hamzah B. Uno
dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep
Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta : PT Bumi Aksara), 2009, hlm.
13.
[4]Melvin L Silberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa
Aktif, (Bandung: Nusamedia & Nuansa), 2004, hlm. 6.
[5]Soetopo Hendyat, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori,
Permasalahan dan Praktek, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang), 2005, hlm. 146-162.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar